Detail News

GRIDHEALTH DAN DANONE SPECIALIZED NUTRITION AJAK MASYARAKAT BERINVESTASI PANGAN BERGIZI UNTUK MASA DEPAN SEHAT DAN BERKUALITAS

17 February 2020

Jakarta, 14 Februari 2020. Malnutrisi, yaitu sebuah kondisi kelebihan atau kekurangan gizi, hingga kini masih menjadi perhatian dunia. Permasalahan ini penting untuk kita sikapi bersama karena malnutrisi erat kaitannya dengan status gizi, kesehatan, hingga kecerdasan, masa depan, dan ketahanan Negara. Termasuk, dampaknya pada ancaman penyakit, baik infeksi, apalagi degenerative menular, juga tak terkecuali penyakit non-menular. Gridhealth.id bersama Danone Specialized Nutrition (SN) hari ini mengadakan Grid Health Talk dengan tema “You Are What You Eat: Investasi Pangan Bergizi untuk Masa Depan Sehat Berkualitas”, dengan menghadirkan pembicara dari dunia medis dan finansial.

Kekurangan gizi pada anak berdampak secara akut dan kronis. Anak-anak yang mengalami kekurangan gizi akut akan terlihat lemah secara fisik. Anak yang mengalami kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama atau kronis, terutama yang terjadi sebelum usia dua tahun, akan terhambat pertumbuhan fisiknya sehingga menjadi pendek (stunted) salah satunya. Kondisi ini lebih berisiko bilamana masalah gizi sudah mulai terjadi sejak di dalam kandungan.

Kondisi ini tergambar dalam studi NutriPlanet yang diinisiasi oleh Danone SN Indonesia. Vera Galuh Sugijanto, Vice President General Secretary Danone Indonesia menyatakan, ““Kami percaya pada kekuatan nutrisi, untuk membuat perbedaan yang positif dan terbukti bagi kesehatan. Melalui studi ini kami berupaya memahami kondisi lokal status gizi ibu dan anak. Telah ada banyak penelitian dilakukan di bidang nutrisi ibu dan anak selama ini, namun masih sering terpisah-pisah. Melalui studi ini kami berharap dapat membantu memberikan gambaran utuh sehingga dapat berkontribusi lebih lanjut melalui pengembangan solusi nutrisi yang relevan bagi masyarakat.”

Data yang disajikan dari studi Nutriplanet menunjukkan bahwa permasalahan gizi ibu dan anak di Indonesia terjadi seperti dalam lingkaran yang terus berputar, mulai dari masa kehamilan, anak di bawah usia dua tahun, di bawah lima tahun, hingga kelak mereka dewasa dan bersiap menjadi orang tua. Dalam data tersebut dapat dilihat dengan jelas jika prevalensi gizi buruk balita di Indonesia mencapai 30,8% untuk stunting dan 17,7% untuk berat badan kurang (Riskesdas 2018). Kondisi ini antara lain disebabkan oleh kondisi ibu hamil yang 55% mengalami kekurangan asupan energi (SKMI 2014), sepertiga dari mereka menghadapi anemia (Riskesdas 2013).

Sementara itu, di usia sekolah 80,9% anak-anak di usia sekolah (4-12 tahun di Jakarta) mengalami kekurangan asupan EPA + DHA (Neufingerl et al, 2016). Secara umum penduduk Indonesia, termasuk> 95% orang dewasa memiliki asupan buah & sayuran yang kurang memadai. Fakta lainnya adalah, 1 dari 6 orang dewasa di Indonesia menderita anemia.

Acara yang dipandu oleh Glory Oyong, presenter Kompas TV sekaligus ibu dua anak balita yang peduli dengan tumbuh kembang anak, menghadirkan pembicara; dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK, Erlina Juwita MM, CFP,QWP.

dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK menyatakan, “investasi gizi sangat penting untuk dimulai menjelang masa kehamilan sebagai investasi jangka panjang kesehatan anak. Seperti stunting misalnya, sesungguhnya kondisi ini dapat dicegah jika ibu memiliki asupan gizi yang baik. Selama hamil ibu membutuhkan zat gizi makro dan protein untuk mendukung tinggi badan calon buah hati dan asupan kalori untuk berat badannya. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, dapat berdampak pada bayi lahir dengan berat badan rendah dan beresiko stunting di kemudian hari jika nutrisinya tidak dikejar selama 2 tahun pertama.”

Menurut dr. Juwalita, stunting adalah kondisi malnutrisi kronis, dan tidak dapat diatasi lagi setelah anak memasuki usia 2 tahun, dan hal ini akan berdampak buruk pada kesehatan anak. Anak yang mengalami stunting akan mengalami berbagai masalah kesehatan mental maupun fisik yang berlaku seumur hidup, serta tak dapat dipulihkan.

Di sisi lain, Erlina Juwita MM, CFP,QWP (Financial Planner) mengatakan, “pemenuhan gizi di 1000 hari pertama kehidupan adalah termasuk investasi bagi masa depan, karena jika orang tua tidak memperhatikan aspek ini, dampaknya akan besar di kemudian hari bagi kondisi keuangan keluarga baik dalam jangka pendek maupun panjang. Dampak positif berinvestasi pada makanan bergizi tidak hanya akan dirasakan orang tua, namun juga anak keturunan mereka kelak di masa datang.”

Vera menambahkan, “Kesehatan dari makanan bukan hanya kebutuhan, tapi tanggung jawab bersama. Sebagai perusahaan yang ingin membawa kesehatan melalui makanan ke sebanyak mungkin orang, kami berkomitmen untuk terus berkontribusi secara positif untuk meningkatkan status gizi ibu dan anak melalui keahlian kami di bidang sains, serta membagi pengetahuan yang kami miliki bersama para ahli dan siapa saja yang memiliki concern yang sama dengan kami.”

Selain melakukan berbagai penelitian, Danone SN senantiasa melakukan program edukasi gizi kepada masyarakat antara lain melalui program Bersama Danone Cegah Stunting, Isi Piringku, Warung Anak Sehat dan Bicara Gizi. Program Isi Piringku memberikan panduan pendidikan gizi seimbang untuk anak usia 4 hingga 6 tahun dan telah mengedukasi 14.400 anak-anak dan 1.400 guru di 360 lembaga pendidikan anak usia dini di 11 kota di Indonesia. Selain itu program Warung Anak Sehat telah telah memberdayakan 350 Ibu Kantin melalui pelatihan model kewirausahaan mikro melalui penyediaan camilan sehat bagi 27.000 anak sekolah di 4 kota, Ambon, Bandung, Bogor dan Jogja.

“Kami senang dapat bekerja sama dengan Danone SN karena kami memiliki perhatian yang sama di bidang kesehatan. Pesan ‘You Are What You Eat’ sangat relevan bagi kita dan saya harap kegiatan edukatif hari ini dapat menambah wawasan kita semua tentang pentingnya berinvestasi pada kesehatan kita melalui makanan bernutrisi, untuk masa dengan anak cucu kita yang lebih berkualitas.”, tutup Devi Situmorang.