Anemia menjadi masalah kesehatan di dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Secara global, sekitar 50-60% angka anemia disebabkan oleh defisiensi zat besi atau biasa disebut Anemia Defisiensi Besi (ADB). Dampak negatif yang diakibatkan oleh anemia defisiensi besi berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia lintas generasi.
Jakarta, 1 Februari 2021 - Pembangunan kesehatan merupakan investasi utama dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menetapkan arah pembangunan kesehatan dititikberatkan pada upaya promotive preventif. Cara ini dianggap dapat memberikan dampak yang lebih luas dan lebih efisien dari sisi ekonomi. Merayakan Hari Gizi Nasional, Danone Indonesia memperkuat kontribusinya melalui peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya nutrisi dan edukasi lintas generasi untuk mewujudkan Indonesia sehat.
Di tengah tantangan kesehatan global yang saat ini terjadi, isu pemenuhan malnutrisi masih menjadi ancaman kesehatan jangka panjang bagi masyarakat Indonesia. Masalah gizi, baik gizi kurang atau gizi lebih, dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit lain, khususnya risiko terjadinya penyakit tidak menular. Menurut Riskesdas 2018, angka stunting kita mencapai 30,8% dan telah mencapai peringkat 4 dunia. Sedangkan 48,9% ibu hamil, 32% remaja 15-24, dan 38,5% balita mengalami anemia. Secara global, sekitar 50-60% angka anemia disebabkan oleh defisiensi zat besi atau biasa disebut Anemia Defisiensi Besi (ADB).
Dr. dr. Diana Sunardi, M.Gizi., Sp.GK, Spesialis Gizi Klinik dari Indonesian Nutrition Association (INA) dalam webinar publik yang mengusung tema “Peran Nutrisi dalam Tantangan Lintas Generasi” menjelaskan bahwa saat ini Indonesia masih menghadapi tiga beban masalah gizi (triple burden) yaitu stunting, wasting dan obesitas serta kekurangan zat gizi mikro seperti anemia. “Seseorang dengan kondisi Anemia Defisiensi zat Besi (ADB) berisiko melahirkan bayi berat badan rendah (BBLR), stunting, komplikasi saat melahirkan dan risiko lainnya. Padahal kondisi ADB sendiri dapat terjadi lintas generasi dan dapat diturunkan sejak remaja, ibu hamil, anak dan seterusnya. Pada kasus balita dan anak, ADB bermula dari kurangnya zat gizi mikro pada 1000HPK. Dampaknya berpengaruh pada tumbuh kembang anak yang terganggu, penurunan aktivitas fisik maupun kreativitas, serta menurunnya daya tahan tubuh sehingga meningkatkan risiko infeksi. Sedangkan pada kasus remaja, ADB dapat menurunkan produktivitas dan kemampuan akademis. Kondisi ADB pada kehamilan usia remaja juga rentan terhadap keselamatan dan kesehatan ibu dan bayi. Oleh karena itu, urgensi perbaikan gizi masyarakat sebaiknya difokuskan pada 1000HPK dan usia remaja,” ujar Dr.Diana.
Kondisi ADB yang terjadi pada penderita membawa pengaruh jangka pendek dan jangka panjang bagi tiap-tiap generasi. Jika ditarik benang merah, kondisi ini merupakan ancaman besar mengingat dampaknya terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia di masa depan. Di sisi lain, negara dituntut untuk dapat menciptakan generasi dengan daya saing global. Sehingga terdapat urgensi untuk memutus mata rantai anemia lintas generasi.
Dr. Diana menyebutkan, “Intervensi melalui pemenuhan nutrisi dan edukasi secara menyeluruh merupakan upaya yang dapat dilakukan dalam memutus mata rantai anemia baik di lingkup individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat. Pada anak di atas satu tahun, pencegahan anemia dapat dilakukan dengan memberikan gizi seimbang termasuk pangan makanan dan minuman yang mengandung zat besi maupun mikronutrien lain yang mendukung penyerapan zat besi seperti vitamin C. Sedangkan pada remaja dapat dilakukan melalui penanaman pola hidup sehat, yaitu mengonsumsi makanan yang bersih, sehat, dan bergizi seimbang. Selain itu juga dapat diberikan suplementasi tablet tambah darah (TTD). Tablet tambah darah adalah suplemen gizi dengan kandungan zat besi setara dengan 60 mg besi elemental dan 400 mcg asam folat.”
Sejalan dengan visi “One Planet, One Health” untuk membawa kesehatan ke sebanyak mungkin masyarakat melalui nutrisi dan hidrasi sehat maupun program berkelanjutan, Danone Indonesia berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menghentikan ancaman anemia pada lintas generasi. Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia menyebutkan, “Kami menyediakan inovasi nutrisi yang dapat membantu pemenuhan zat besi serta mendukung penyerapan zat besi pada anak berusia di atas satu tahun. Untuk menyasar golongan remaja, kami menjalin kerja sama dengan Fakultas Ekoogi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB) meluncurkan buku panduan Generasi Sehat Indonesia (GESID). Terdapat 3 modul untuk remaja SMP dan SMA, yaitu Aku Peduli, Aku Sehat, dan Aku Bertanggung Jawab yang membahas mengenai kesehatan reproduksi, peran gizi bagi kesehatan dan kualitas hidup, anemia bagi remaja putri dan wanita usia subur, pencegahan pernikahan dini serta remaja berkarakter. Program ini telah melaksanakan pilot project dengan 20 Guru Pendamping dan 60 Murid SMP & SMA sebagai Duta GESID 2020.”
Selain program GESID, komitmen Danone Indonesia untuk memperluas edukasi tentang gizi dan kesehatan diwujudkan melalui berbagai program. Selama bertahun-tahun, Danone Indonesia telah mendukung 4 fasilitas pendidikan yang berfokus pada kesehatan dan gizi di Taman Pintar, Yogyakarta. Melalui program Duta 1000 Pelangi, Danone Indonesia memberikan bantuan kepada karyawan dan masyarakat sekitar tentang masalah gizi dan kesehatan dalam 1000 hari pertama kehidupan dengan menjadikan karyawan sebagai duta kesehatan. Untuk mengatasi masalah defisiensi mikronutrien, Danone Indonesia gencar melakukan Aksi Cegah Stunting, Gerakan Ayo Minum Air (AMIR), Kampanye Isi Piringku, dan program Warung Anak Sehat yang memberdayakan pengelola kantin sekolah untuk menyediakan pangan sehat bagi siswa.
Danone Indonesia bekerja sama dengan Indonesian Nutrition Association (INA) memanfaatkan momen Hari Gizi Nasional untuk memperluas upaya promotive preventif mengatasi anemia lintas generasi melalui serangkaian acara, yaitu: webinar untuk publik di Youtube Nutrisi Bangsa, diskusi podcast yang akan dirilis di Spotify dan Youtube Nutrisi Bangsa, serta kompetisi menulis dan fotografi untuk berbagai kategori peserta. “Kami meyakini bahwa peran jurnalisme dari berbagai platform media sangat penting dalam meningkatkan kesadaran dan menyampaikan edukasi terkait nutrisi dan kesehatan ke masyarakat luas. Untuk itu, kami mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam kompetisi menulis dan fotografi yang kami bagi menjadi tiga kategori, yaitu: media, blogger, dan umum. Kompetisi ini mengangkat tema ‘Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi’. Kami percaya bahwa semakin banyak pihak yang terlibat, semakin cepat kita dapat mewujudkan cita-cita pembangunan kesehatan,” tutup Arif.